Minggu, 22 Februari 2015

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR BOLAVOLI SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BANGKAL 01 KECAMATAN BINANGUN KABUPATEN CILACAP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu proses pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yang direncanakan secara sistematis guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik, keterampilan motorik, keterampilan berfikir, emosional, sosial dan moral (Depdiknas, 2003: 16). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran yang ada pada sekolah yang diberikan untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama dalam bidang fisik, pembinaan hidup sehat jasmani dan rohani dalam sehari-hari menuju manusia yang sehat seutuhnya.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai–nilai (sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Menurut Agus.S.Suryobroto (2004: 9) pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani.
Tujuan pendidikan jasmani untuk siswa sendiri meliputi empat hal yaitu (1) mampu mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani yang baik, serta mampu mendesain program latihan kebugaran yang aman sesuai dengan kaidah latihan (2) menunjukan kompetensi untuk melakukan gerakan yang efisien, dan memiliki keterampilan teknis dan taktis dan pengetahuan yang memadai untuk melakukan paling tidak satu jenis aktivitas olahraga (3) mendemonstrasikan gaya hidup yang aktif dan gemar melakukan kegiatan jasmani secara regular (4) menghormati hubungan dengan orang lain karena ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga yang mengacu kepada pemahaman universal dan multi budaya dan memiliki kegembiraan karena beraktivitas jasmani secara regular (Agus.S.Suryobroto 2004:12)

         Olahraga permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga yang semakin memasyarakat. Hal ini ditunjukan dengan semakin banyaknya masyarakat yang semakin rutin melakukan olahraga bolavoli. Begitu juga di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti meningkatkankan kebugaran, meningkatkan prestasi, tubuh menjadi sehat dan kuat, membantu pertumbuhan dan perkembangan serta sebagai pengisi waktu luang. Olahraga bolavoli ini dapat dilakukan pada pagi hari maupun sore hari serta dapat dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa. Secara umum disebutkan bahwa kondisi kesehatan baik perorangan, kelompok, atau masyarakat pada hakekatnya dipengaruhi oleh faktor biologi, manusia, lingkungan, cara atau gaya hidup, kondisi ekonomi dan pelayanan kesehatan. (Boediro, 2001: 60)
Salah satu materi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani yaitu olahraga permainan. Olahraga permainan terdiri dari olahraga permainan tanpa alat, permainan dengan alat, permainan bola besar, permainan bola kecil, permainan tradisional, serta permainan dengan gerak dan lagu. Pembelajaran bolavoli termasuk dalam permainan bola besar. Pembelajaran bolavoli dapat menggunakan berbagai metode, seperti metode komando, metode demonstrasi, dan juga metode bagian dan keseluruhan.
Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kelas IV dan V Semester II, Standar Kompetensi, mempraktikan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kompetensi dasar, mempraktikkan gerak dasar berbagai gerakan yang bervariasi dalam permainan bola besar beregu dengan peratuaran yang dimodifikasi serta kerjasama regu, sportivitas dan kejujuran.
Pada SD Negeri Bangkal 01 Kabupaten Cilacap, tahun pelajaran 2011/2012 kelas IV dan V semester dua telah melakukan pembelajaran dengan materi pokok bolavoli mini. Kemudian sarana yang digunakan adalah lapangan bolavoli. Dan pada waktu kegiatan classmiting   yang diadakan setelah ujian semester yang berlangsung selama tujuh hari yaitu bulan Desember tahun 2011 pada saat pengambilan nilai mata pelajaran bolavoli, terlihat anak melakukan passing bawah selama satu menit diperoleh hasil nilai maksimal 45 dan minimal 30. Dan siswa melakukan servis bawah sebanyak 10 kali memperolah nilai maksimal 45 dan minimal 30. Banyak siswa yang melakukan servis bawah yang tidak melewati net, dan juga banyak siswa yang melakukan passing bawah yang tidak mengarah pada sasaran. Ternyata dari hasil tes tersebut masih banyak siswa yang belum bisa melakukan passing bawah dan service bawah. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel daftar nilai passing bawah dan servis bawah kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun  Kabupaten Cilacap di lampiran 11. Bukti lain yang dapat saya lihat adalah dalam ekstrakurikuler bolavoli, jumlah peserta ekstrakurikuler bolavoli kelas IV dan V sebanyak 15 siswa, sedangkan jumlah peserta pencak silat kelas IV dan V sebanyak 31 siswa. Dengan melihat jumlah peserta yang berbeda antara ekstrakulikuler bolavoli dengan ekstrakulikuler pencak silat dapat diketahui bahwa motivasi siswa  dalam belajar bolavoli masih sangat kurang.
Faktor yang menghambat dalam kegiatan pembelajaran bolavoli di SD antara lain  faktor intern yang berindikasikan jasmani dan psikis, dan faktor ekstern yang berindikasikan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan melihat keadaan tersebut, mendorong penulis untuk mengadakan suatu penelitian di SD Negeri Bangkal 01 mengenai seberapa besar faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa SD Negeri Bangkal 01 khususnya kelas IV dan V. Setelah diketahui seberapa besar faktor-faktor kesulitan dalam belajar bolavoli diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar bolavoli dan juga dapat untuk meningkatkan motivasi dan kebugaran jasmani anak dalam belajar bolavoli.
Dari hasil pengamatan dalam proses pembelajaran di SD Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap terdapat beberapa hal yang ditemukan dalam proses belajar bolavoli, hal-hal tersebut terlihat dari kemampuan anak dalam melakukan sevice dan passing. Selain dari hasil pengamatan proses belajar mengajar bolavoli ada beberapa hal yang menjadi masalah di sekolah tersebut salah satunya yaitu siswa tidak dapat melakukan teknik dasar dalam permainan bolavoli, oleh sebab itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang seberapa besar faktor-faktor yang menjadi kesulitan dalam proses belajar mengajar bolavoli di SD Negeri Bangkal 01 kelas IV dan V.
Berdasarkan pengamatan tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian tentang seberapa besar faktor-faktor yang dapat menyebabkan siswa sulit dalam bermain bolavoli, faktor yang akan saya teliti meliputi 2 faktor yaitu faktor interen ( jasmani dan psikis ) dan faktor eksteren ( sekolah, keluarga, dan masyarakat ).

B. Identifikasi Masalah
 Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran bolavoli antara lain sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang membuat kesulitan belajar bolavoli siswa      kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap?
2. Rendahnya siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap dalam mengikuti pembelajaran bolavoli ?
3. Proses pembelajaran pendidikan jasmani dalam mengatasi faktor-faktor kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap ?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi penelitian ini dengan faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri  Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap ?

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Seberapa besar faktor-faktor kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap ?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap ?

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah kajian tentang kesulitan belajar bolavoli dan menambah wawasan pengetahuan bagi semua unsur pendidikan terutama dalam pendidikan jasmani.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam pembelajaran bolavoli, khususnya faktor kesulitan siswanya.
b. Memberi masukan kepada guru khususnya guru pendidikan jasmani agar lebih bijaksana untuk memperhatikan siswa dalam pembelajaran  bolavoli.
c. Sebagai bahan didalam mencari alternatif untuk mengembangkan bakat siswa dimasa yang akan datang.














BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1.  Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Bolavoli Siswa Kelas IV dan V  di SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun
Faktor-faktor yang diidentifikasikan pada penelitian ini, sebagai faktor yang dapat menimbulkan suatu kesulitan pada pelaksanaan pembelajaran. Suatu kesulitan akan terjadi apabila kesiapan siswa untuk melakukan belajar kurang. Kesiapan belajar siswa sangatlah penting guna pencapaian hasil yang diharapkan, dengan memiliki kesiapan diharapkan proses pembelajaran bolavoli dapat sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani. Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 233) membagi faktor penyebab kesulitan belajar ke dalam dua kategori:
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar pelajar:
1). Faktor-faktor non-sosial, misalnya: keadaan cuaca, waktu belajar, alat-alat belajar, tempat belajar, fasilitas sekolah.
2). Faktor-faktor sosial, yaitu: guru, metode guru dalam mengajar, situasi pergaulan, sikap orang tua terhadap hasil belajar, serta sesama manusia/pribadi.
b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar:
1). Faktor-faktor fisiologis, yaitu kondisi fisik/kesehatan, fungsi-fungsi panca indera, nutrisi/makanan, penyakit yang mengganggu belajar.
2). Faktor-faktor psikologis, yaitu minat, sifat ingin tahu, rasa aman dalam belajar, motif-motif dalam belajar.

Faktor-faktor yang diidentifikasi pada penelitian ini, sebagai faktor yang dapat menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani terutama dalam pembelajaran bolavoli di SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap. Dilihat dari tujuan pendidikan yang  dilaksanakan bahwa siswa  kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap lebih besar diarahkan pada cabang-cabang olahraga lain, sehingga bagi sebagian siswa menekuni bidang olahraga bolavoli tersebut akan sulit untuk mengembangkan prestasinya. Selain hal tersebut terdapat berbagai macam faktor kesulitan belajar bolavoli di SD Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun antara lain:
a. Faktor Siswa
         Menurut Agus. S. Suryobroto (2001: 76), keadan siswa yang tidak menunjang, akan menyebabkan mereka malas melakukan gerak jasmani hal ini akan mempengaruhi terhadap tujuan yang akan dicapai dalam pekerjaan
b. Faktor Guru
Menurut Agus .S. Suryobroto (2001: 76), guru yang kurang melakukan persiapan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara fisik maupun mental akan mengakibatkan pembelajaran berlangsung kurang sistematis.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Menurut Agus .S. Suryobroto (2001: 76), jumlah sarana dan prasarana kurang atau tidak memadai, akan menghambat dalam pengelolaan kelas pada saat pembelajaran. Kualitas sarana dan prasarana yang kurang bagus, juga dapat membahayakan para siswa yang menggunakan saat pembelajaran. Selain itu keterbatasan peralatan yang dimiliki juga dapat menghambat pembelajaran pendidikian jasmani khususnya bolavoli tidak dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
d. Faktor Lingkungan
Menurut Agus. S. Suryobroto (2001: 76), gedung sekolah atau fasilitas yang ada di lingkungan yang tidak kondusif akan menyebabkan terganggunya proses pembelajaran. Letak sekolah yang dekat dengan keramaian jalan raya akan sangat tidak kondusif untuk proses pembelajaran pendidikan jasmani. Karena konsentrasi siswa akan terganggu dengan lalu lalang kendaraan di jalan raya. Terkadang suara guru juga kalah dengan suara kendaraan yang lewat. Hal ini juga menyebabkan kurang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
  Menurut Sri Rumini dkk (1993: 60), bahwa ”proses belajar dipengruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar, dan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang termasuk di dalam diri individu dikelompokkan menjadi  dua faktor, yaitu faktor psikis dan faktor fisik”. Sedangkan faktor dari luar dapat dikelompokkan menjadi faktor lingkungan alam, faktor sosial-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana.  Sumadi Suryabrata (2004 : 233-238) menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar banyak sekali, tetapi dapat di klasifikasikan menjadi 2 faktor yaitu:
1) Faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor ini terdiri dari
a) Faktor fisiologis
(1) Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan ini dapat dikatakan sebagai dasar aktivitas jasmani, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah.
(2) Keadaan fungsi–fungsi jasmani terutama pada panca indera.
Baiknya fungsi panca indera merupakan syarat berlangsungnya belajar dengan baik.
b) Faktor psikologis
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
(2) Adanya sifat yang kreatif.
(3) Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman
(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lain
(5) Adanya keinginan untuk mendapat rasa aman bila menguasai pelajaran.
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar

2) Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terdiri dari :
a) Faktor non sosial
Faktor ini tidak terbilang jumlahnya. Misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, sore, malam), tempat.
b) Faktor sosial
Yang dimaksud faktor sosial adalah faktor manusia. Misalnya: hilir mudiknya siswa ketika sedang ujian.

Slameto (1995 : 54-72), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ada dua macam yaitu :
1) Faktor Intern (faktor yang ada dalam diri individu )
a) Faktor jasmani
(1)   Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Prosese latihan seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu.
(2)   Cacat tubuh
Sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh dan juga badan misal: buta, tuli, patah kaki, patah lengan dan sebagainya.
b) Faktor psikologis
Misalnya: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan maupun kesiapan.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Kelelahan jasmani
Kelelahan jasmani terlihat dari lemahnya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
(2) Kelelahan rohani (psikis)
Sedikit kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

2) Faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar individu)
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, pengertian oran tua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap berlatih siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Misalnya: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 162-165) faktor-faktor yang mepengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor dalam diri individu
1) Aspek jasmaniah
Meliputi kondisi dan kesehatan jasmani yang menyangkut indera penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan.
2) Aspek psikis
Meliputi kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Seorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, konflik-konflik psikis.

b. Faktor-faktor lingkungan
1) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat.
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Sekolah yang kaya akan aktivitas belajar, memiliki sarana dan parasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar para siswanya.
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya.

Menurut pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Faktor dari dalam diri individu yaitu keadaan dari pribadi yang bersangkutan atau dapat disebut juga faktor-faktor intern.
2) Faktor dari luar diri individu yaitu pengaruh-pengaruh yang asalnya dari luar diri yang bersangkutan yang sering disebut juga dengan faktor-faktor ekstern.


2.    Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01 Binangun
Perkembangan kemampuan motorik merupakan perubahan kualitas hasil gerak individu. Berkembangnya kemampuan motorik di tentukan dua faktor yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dari dua faktor ini masih ditentukan atau di dukung dengan berlatih sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik. Menurut Sukintaka (2001: 48)   perkembangan kemampuan motorik anak dari tingkat SD sampai SMU merupakan tugas guru pendidikan jasmani. Adapun tugas itu dalam rangka usaha pembentukan pribadi anak dan dalam mencapai kedewasaannya karena pertumbuhan dan perkembangan kemampuan motorik merupakan salah satu dasar tujuan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Tahap kemampuan motorik dan fisik anak didik harus di jadikan dasar penentuan bahan pelajaran bagi siswa. Menurut Sukintaka (2001: 51-52) tentang tahap perkembangan motorik anak kelas III-IV (umur 8-10 tahun)
 1. Aktivitas rekreasi.
                  a)  Menggunakan situasi hidup sehari-hari.
                  b)  Rasa dalam rumah seperti suasana bermain.
                  c) Mengembangkan secara cukup keterampilan untuk dapat menjadi     layak dalam kelompok.
                  d) Menilai keterampilan dengan membandingkan dengan anggota          lain.
                  e)   Memperbaiki keterampilan berrekreasi.
 f) Berkeinginan belajar keterampilan sosial yang baru dan      meningkat.
      2. Aquatik.
a) Pengembangan kemampuan yang berkaitan dengan air.
b) Mengkoordinasi pernafasan dengan gerak yang layak.
c) Perkembangan daya tahan.
d) Mampu menyelam dalam air.
e) Mengembangkan bentuk gerak yaqng layak.
f) Mengetahui secara layak masuk ke dalam air.
g) Perkembangan kemampuan berenang dalam garis lurus dan dapat mengetahui tidak berubah arah.
 3.  Permainan
a)   Mengembangkan daya tahan melalui aktifitas yang intensif.
b)  Aktifitas itu menolong individu untuk meningkatkan kemampuan   keterampilan motorik.
c)  Belajar bila otot dan tulang berkembang, maka aktifitas dapat dibentuk lebih siap dengan keterampilan yang lebih baik karena di akibatkan oleh kematangan syaraf dan berlatih.
 d) Mengetahui bahwa penambahan keterampilan biasanya  menambah kesenangan.
                   e)   Belajar menuruti kelelahan badan untuk istirahat dan rilek.
4.  Aktivitas ritmik
a) Mempunyai keterampilan penampilan langkah lari yang sederhana.              
b)   Mengembangkan koordinasi badan.
c)   Belajar kehalusan gerak dan kesenangan.
d)   Mengembangkan kemampuan tentang irama.
e) Mengembangkan perasaan keseimbangan, ketepatan waktu      (timing) dalam tiap kesempatan.
f)   Pengembang kekuatan dan daya tahan khusus pada otot perut dan tungkai.
g) Pengembangan koordinasi mata dengan tangan dan mata dengan tungkai.
5.   Aktivitas pengembangan
a)  Belajar rileks, kalau merasa lelah.
b)  Mengembangkan pembiasaan nutrisi yang baik.
c)  Mampu menggunakan mekanikan tubuh yang baik.
d)  Mengatasi perbedaan sebanyak mungkin.
e)  Membiasaan hidup sehat.
f)  Menentukan keterampilan sebanyak mungkin.
g)  Aktif berlatih latihan dasar untuk tubuh.
h)  Mengembangkan kekuatan, daya tahan dan kelentukan.
6.   Tes terhadap diri sendiri.
a)  Belajar melatih otot-otot.
   b) Mempelajari bahwa latihan sehari-hari akan menolong                                                                                      memperbaiki dan mengembangkan keterampilan.
c) Mengetahui bahwa penampilan yang memuaskan dalam suatu gerak merupakan yang dapat dites dengan tes pencapaian.
d) Belajar bahwa ketertiban, ketenangan, dan koordinasi otot merupakan tujuan.

Menurut Syamsu Yusuf (2004: 183-184) mengatakan bahwa seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer) berenang, main bola dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan faktor yang menentukan kelancaran belajar. Karena itu perkembangan motorik yang telah matang pada usia SD menjadikan mereka telah siap menerima pelajaran keterampilan. Menurut Syamsu Yusuf (2004: 184) dikatakan bahwa sesuai dengan perkembangan fisik motorik maka pendidikan jasmani permulaan sangat tepat bila diajarkan :
a)  Dasar keterampilan menulis dan menggambar.
b) Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga (menerima, menendang dan memukul).
c)  Gerakan untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya.
d) Baris berbaris secara sederhana untuk menanmkan kebiasaan ketertiban dan kedisiplinan.
e)   Membiasaan hidup sehat.
f)   Menentukan keterampilan sebanyak mungkin.
g)  Aktif berlatih latihan dasar untuk tubuh.
h)  Mengembangkan kekuatan, daya tahan dan kelentukan.
              i)   Rasa dalam rumah seperti suasana bermain.
              j)   Belajar kehalusan gerak dan kesenangan.

     Masa-masa SD mempunyai sifat-sifat khusus yang harus diperhatikan pula, karena pada masa ini anak relativ lebih matang dan mudah dididik. Seperti pendapat Syamsu Yusuf (2004: 25) bahwa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9-10 sampai umur 12-13 tahun, mempunyai sifat-sifat khas yaitu:
a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan praktis.
b)  Amat realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.
c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori factor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat khusus.
d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk mrnyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
     Selepas umur ini pada umunya anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya.
 e) Pada masa ini, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
 f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
      Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada) mereka membuat peraturan sendiri.
 g) Pertumbuhan tubuh yang cepat dan sangat berminat pada aktivitas   jasmani.
h) Mereka mengembangkan kekuatan jasmaninya, sehingga mereka cenderung memilih pemimpin yang mempunyai fisik yang kuat.
i) Pendidikan jasmani merupakan sarana pembentukan keterampilan sosial antara lain:
 penguasaan diri terhadap keinginan dan lamunannya, belajar menghargai orang lain, dan peka terhadap kebutuhan orang lain serta saling mengerti.
j) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan praktis.
k) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori factor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat khusus.

      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak mencakup umur, pertumbuhan dan perkembangan motorik, kemampuan sosial, tingkat kecerdasan, kreativitas, bakat dan minat, pengetahuan dasar, motivasi belajar, dan sikap siswa.
3.   Pembelajaran Bolavoli Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Cilacap
a. Pembelajaran Bolavoli
            Pada saat pembelajaran bolavoli guru pendidikan jasmani harus menyampaiakan pokok-pokok permainan bolavoli (lapangan dan perlengkapannya, jumlah pemain, alat, perlengkapan permainan, peraturan permaianan, lamanya permainan, teknik-teknik permainan, dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan permainan bolavoli). Siswa diharapkan pada saat pembelajaran bolavoli sudah paham dan mengerti untuk mempratikkan permainan bolavoli. Adapun ketentuan-ketentuan dalam permainan bolavoli (Aip Syarifudin,1993: 186) adalah:
1) Pemain tidak boleh menyentuh jaring dengan bagian badan yang manapun.
2) Pemain tidak boleh menyentuh lapangan lawan dengan bagian badan yang manapun melewati batas garis tengah lapangan.
3) Bola tertahan atau berhenti sebentar pada lengan atau bagian badan dari pinggang keatas dianggap sebagai kesalahan dalam memukul bola.
4) Tidak diperbolehkan memukul bola lebih dari satu kali dengan bagian badan manapun.
5) Bola dianggap keluar jika menyentuh jaring diluar pita samping atau tongkat.

      Dalam pembelajaran bolavoli tentu ada rencana pengajaran yang harus dipersiapkan oleh guru pendidikan jasmani. Karena dengan rencana pengajaran guru pendidikan jasmani tentu akan lebih siap dalam menghadapi pembelajaran. Slameto (1995: 54-72), menyatakan bahwa kesiapan adalah ketersediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar maupun mengajar, karena jika guru maupun siswa sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. Rencana pengajaran disusun agar proses pembelajaran bolavoli dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
    Persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh guru pendidikan jasmani meliputi sebelum pembelajaran maupun saat pembelajaran bolavoli tersebut. Sebelum pembelajaran dimulai guru harus memperhitungkan sarana, prasaran dan media yang akan digunakan untuk pembelajaran bolavoli tersebut. Sarana, prasarana, dan media itu harus disesuaikan dengan jumlah siswa sehingga saat pembelajaran bolavoli tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
b. Teknik Dasar Dalam Permaianan Bolavoli
 Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri 6 pemain, mengingat permainan ini beregu maka pola kerja pemain mutlak, perlu diperhatikan kerja sama tim dan sifat toleransi antar pemain sangat diperlukan. Maka perlu kiranya setiap pemain secara perorangan mempunyai teknik dasar secara sempurna, dikarenakan: 1. Permainan bola voli mempunyai tempo yang cepat, sehingga untuk memainkan bola sangat terbatas. 2. Untuk mengembangkan teknik dasar yang tinggi hanya dimungkinkan jika teknik dasar tersebut di kuasai dengan baik.
          Hal ini sesuai dengan pendapat Suharno H.P (1982: 13), bahwa teknik permainan bola voli perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum bermain, karena penguasaan teknik dasar merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kalah menangnya suatu regu dalam suatu pertandingan.
      Teknik adalah cara mealakukan atau cara melaksanakan sesuatu untuk merncapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Teknik dalam permainan bolavoli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal (M. Yunus, 1992: 68). Sedangkan menurut Suhamo H.P (1982: 12), teknik adalah suatu proses keaktifan jasmani dan membuktikan suatu praktek dengan sebaik-baiknya  untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli.
Menurut Aip Syarifudin  dan Muhadi (1992: 187-193) dalam permaian bolavoli terdapat beberapa teknik antara lain servis, passing atas, passing bawah, smash dan block.
1) Servis
           Aip Syarifudin (1993 : 187) servis adalah pukulan permulaan yang dilakukan oleh pihak yang berhak melakukan servis untuk memulai menghidupkan bola dalam permainan atau tindakan menghidupkan bola kedalam permainan. Servis adalah sentuhan pertama dengan bola (Dieteer Beutelstahl, 1986 : 9).
          Servis merupakan serangan awal yang diharapkan dapat langsung menghasilkan poin, atau setidak-tidaknya membuat tekanan terhadap lawan, agar lawan tidak dapat dengan mudah melakukan serangan.
a) Servis tangan bawah
Sikap permulaan: berdiri tegak, kaki kiri di depan dengan lutut agak dibengkokan, kaki kanan ke belakang lurus, badan agak condong ke depan dan berat badan pada kaki kiri (kaki depan). Tangan kiri memegang bola di depan, tangan kanan lurus ke belakang dengan jari-jari tangan disatukan dan telapak tangan dicekungkan.
Gerakan: bersamaan dengan bola dilambungkan dengan tangan kiri ke atas, tangan kanan diayunkan lurus dari belakang ke depan melalui bawah di samping badan dan pukulkan atau kenakan pada bola, diikuti dengan kaki kanan dilangkahkan ke depan setelah bola terpukul.

              Gambar 1.1 Rangkaian servis bawah
             Sumber : Aip Syarifudin (1992/1993)
b) Servis tangan atas
Sikap permulaan: berdiri tegak, kaki kiri di depan dengan lutut agak dibengkokan. Tangan kiri memegang atau menyangga bola, tangan kanan menutupi bagian atas bola. Pandangan ditujukan ke atas jaring dan lapangan lawan.
Gerakan: lambungkan bola ke atas kepala dengan tangan kiri kira-kira sampai ketinggian antara ½ -1 m, bersamaan dengan itu tangan kanan ditarik ke belakang ke atas kepala dengan sikut agak dibengkokan dan telapak tangan agak dicekungkan dengan jari-jari disatukan menghadap ke depan. Pada saat bola berada di atas kepala dan kira-kira terjangkau oleh tangan, secepatnya tangan kanan pukulkan pada bola dengan pergelangan tangan digerakan aktif ke bawah.                

             Gambar 1.2  Rangkaian servis atas
  Sumber : Aip Syarifudin (1992/1993)



2) Block
Aip Syarifudin dan Muhadi (1992-1993 : 193) block adalah tindakan dalam usaha untuk menahan serangan lawan pada saat bola tepat melewati atas jaring, dengan mempergunakan satu atau dua tangan yang dilakukan oleh seorang pemain atau oleh dua orang atau tiga orang pemain secara bersama-sama dari pihak yang mempertahankan.
    Tujuan block adalah menutupi sebanyak mungkin lapangan permainan kita dari penyerang. Oleh karena itu, semakin lebar block semakin kecil daerah yang tersisa yang harus dijaga oleh pemain bertahan (Viera Barbara, L, 1996 : 121)
    Sikap permulaan: berdiri tegak, kedua kaki agak dibuka, kedua lutut agak ditekuk. Badan menghadap ke jaring, kedua tangan berada di depan dekat dada. Pandangan ditujukan kepada bola yang akan di smash.
    Gerakannya: pada saat bola yang berada di atas jaring akan dipukul (oleh smasher), secepat mungkin tolakan kedua kaki sekuat-kuatnya ke atas (gerakan eksplosif) hingga seluruh badan terangkat ke atas. Bersamaan pula dengan kedua tangan dijulurkan ke atas lurus dengan jari-jari tangan dibuka dan condong ke depan. Kemudian pada saat bola dipukul oleh smasher, secepatnya tangan dihadapkan pada arah bola yang datang dan pergelangan tanga digerakan secara aktif ke depan ke bawah (snap) agar dapat menahan dan menekan bola dari atas ke bawah secara kuat. Melakukan pembendungan yang baik yaitu pada saat bola sebelum dipukul oleh smasher, tangan si pembendung sudah menguasai bola secara keseluruhan.

                Gambar 1.3 Rangkaian membendung/block
                     (Sumber : Aip Syarifudin (1992/1993)

3) Smash
    Smash adalah suatu pukulan yang dilakukan dengan keras dan tajam dengan jalannya bola menghujam ke lapangan lawan. (Aip Syarifudin dan Muhadi 1992-1993 : 191). Smash tersebut dapat dilakukan dalam usaha mematikan serangan lawan. Dan apabila smash tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, selain sulit dapat diterima oleh lawan, juga akan dapat mematikan lawan.
         Gerakan dalam melakukan  smash hampir sama dengan gerakan orang yang memukul paku dengan martil atau palu. Oleh karena itu gerakan smash tersebut sering juga dikatakan dengan spike. Untuk dapat melakukan smash dengan baik unsur-unsur yang harus dipahami dan dikuasai oleh pemain antara lain adalah cara mengambil awalan atau ancang-ancang, cara melakukan tolakan, cara melakukan pukulan, cara mendarat. Menurut Aip Syarifudin dan Muhadi (1992-1993 : 192) gerakan melakukan smash adalah sebagai berikut:
a) Cara mengambil awalan atau ancang-ancang
Mengambil awalan paling sedikit 2 langkah, dan langkah yang terakhir harus cepat, lebar, dan rendah serta diakhiri dengan kedua kaki mendarat bersama-sama dengan kedua lutut ditekuk, dan kedua tangan ke belakang.
b) Cara melakukan tolakan
Dari sikap terakhir di atas, kemudian tolakkan kedua kaki sekuat-kuatnya ke atas dibantu dengan mengayunkan kedua tangan dari belakang ke atas lurus. Pada saat badan berada di udara melenting ke belakang, tangan kanan di atas kepala, tangan kiri di depan lemas dengan sikut agak dibengkokan.
c) Cara melakukan pukulan
Pada waktu akan memukul bola yang berada di atas jaring, tangan kanan di atas kepala lemas dan tangan kiri membantu keseimbangan. Pada waktu memukul bola pergelangan tangan digerakan aktif ke bawah, hingga bola yang dipukul itu menukik ke bawah. Bola dipukul pada bagian atasnya.
d) Cara mendarat setelah melakukan pukulan
Mendarat  dengan kedua ujung kaki secara bersama-sama, dan jatuhnya mengeper. Tempat untuk mendarat sama pada tempat waktu melakukan tolakan.



Gambar 2.1 Rangkaian pukulan smash
          Sumber : Aip Syarifudin (1992/1993)
4) Passing bawah
   Passing bawah adalah mengambil bola yang ada yang berada dibawah badan atau bola dari bawah dan biasanya dilakukan dengan kedua lengan bagian bawah (dari sikut sampai pergelangan tangan yang dirapatkan), baik untuk dioperkan ke kawan, maupun langsung ke lapangan lawan melalui di atas jaring. (Aip Syarifudin 1993 : 189).
    Passing bawah ini merupakan teknik dalam permainan bolavoli yang mempunyai fungsi sebagai pertahanan terhadap serangan smash dan untuk menerima servis dari lawan sehingga dengan memakai passing bawah, bola dapat diarahkan sesuai dengan arah yang dikehendaki. Cara melakukannya adalah sebagai berikut.
         Sikap permulaan: mengingat pengambilan bola dari bawah harus dilakukan  dengan kedua lengan lurus membentuk bidang yang datar, maka bagi yang baru belajar untuk membiasakan hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara berdiri tegak, kedua kaki agak dibuka, kedua lutut agak ditekuk, berat badan pada kedua kaki. Letakkan jari-jari dan bagian punggung telapak tangan kanan pada telapak tangan kanan pada tangan kiri, kemudian jari-jari tangan kiri memegang jari-jari tangan kanan dan ibu jari di atas. Pandangan ditujukan pada bola yang datang.
   Gerakannya: pada waktu akan mengambil atau memukul bola, segera tangan kiri menarik tangan kanan ke bawah ke dalam hingga kedua lengan lurus dan merupakan suatu bidang yang datar untuk menerima bola yang datang. Kemudian pada saat bola yang datang dekat menuju ke badan, segera kedua lengan ayunkan dari bawah ke atas ke depan kira-kira sampai setinggi di bawah bahu. Bersamaan pula dengan badan dan kedua lutut luruskan ke atas. Dengan demikian bola akan melambung ke atas, jalannya bola membusur (para bola), sehingga mudah diterima oleh kawannya.


Gambar 2.2 Rangkaian passing bawah
Sumber : Aip Syarifudin (1992/1993)

5) Passing atas
  Passing atas adalah menyajikan bola atau  membagi-bagikan bola (mengoper bola) dengan menggunakan jari-jari tangan, baik kepada kawan maupun langsung ditujukan ke lapangan lawan melalui atas jaring.
        Teknik ini biasanya digunakan pemain untuk bola-bola atas yang lebih efektif bila menggunakan passing atas. Passing atas ini biasanya digunakan pengumpan untuk mengumpankan bola ke pemain dengan posisi smash untuk melakukan serangan ke lawan. Untuk dapat melakukan passing atas, cara-cara mempelajarinya antara lain sebagai berikut.
        Sikap permulaan: berdiri tegak, kedua kaki agak terbuka, atau salah satu kaki agak ke depan, kedua lutut agak ditekuk, badan agak condong ke depan. Kedua tangan berada di atas kepala di depan dekat ke dahi, dengan sikut dibengkokan, jari-jari tangan direnggangkan atau dijarangkan dan dikeraskan membentuk lengkungan setengah bola.
         Gerakannya: pada saat bola yang datang dari atas berada di atas di depan dekat kepala, segera jari-jari tangan ditegangkan dan disentuhkan pada bola ke atas ke depan hingga kedua lengan lurus bersamaan dengan meluruskan kedua lutut dan badan ke atas. Pada waktu perkenaan antara jari-jari tangan dengan bola, yang harus diperhatikan adalah:
a) Perkenaan bola pada ruas jari-jari tangan yang pertama dan kedua, dan yang terutama sekali pada ruas jari pertama dan ibu jari.
b) Pada saat menyentuh bola dengan jari-jari tangan, jari-jari tangan harus ditegangkan dan pergelangan tangan digerakkan ke depan ke atas.

Gambar 2.3 Rangkaian passing atas
Sumber : Aip Syarifudin (1992/1993)

B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Henry Cahyono (2005) dengan judul “Faktor-faktor penghambat proses pembelajaran bolavoli di SMA Negeri 1 Pakem”. Sampel yang digunakan adalah semua siswa putra kelas XI SMA Negeri 1 Pakem. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa dalam pembelajaran bolavoli siswa SMA Negeri 1 Pakem mengalami kesulitan dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya faktor-faktor yang menghambat dalam proses pembelajaran bolavoli di SMA Negeri 1 Pakem baik faktor intern maupun faktor ekstern.
2. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Frandino Ary Putranto (2005) dengan judul Identifikasi Hambatan Siswa Dalam Pembelajaran Bolavoli di SMK N 3 Kasihan Bantul. Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMK N 3 Kasihan Bantul sebanyak 149 siswa yang terbagi dalam 8 kelas. Jumlah seluruh populasi telah di kurangi 40 siwa untuk uji coba instrumen sehingga jumlah seluruh populasi yang digunakan menjadi 109 siswa. Dengan hasil penelitian yang menyebabkan terjadinya hambatan yaitu : faktor keluarga sebesar 62, 385%, kemudian di ikuti faktor kelelahan sebesar 54, 679%, kemudian faktor masyarakat sebesar 44, 037%, faktor jasmani sebesar 43, 731%, kemudian faktor psikis sebesar 33, 716%, dan hambatan yang paling kecil faktor sekolah sebesar 33, 180%.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian teoritik maka pembelajaran bolavoli di SD harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani. Untuk mencapai tujuan pembelajaran bolavoli harus ditunjang dengan faktor sarana dan prasarana yang memadai selain dari faktor guru dan siswa itu sendiri. Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila memenuhi standar yang telah ditentukan dan juga dapat memenuhi semua kebutuhan siswanya. Selain hal tersebut keadaan siswa sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajarannya. Siswa harus mempunyai motivasi dan juga kondisi serta postur tubuh yang mendukung.  Karena jika tidak maka tujuan dari pembelajaran akan sulit tercapai. Disini guru juga memegang peranan penting, karena cepat lambatnya siswa dalam materi tergantung dari metode yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani.
Di SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun pembelajaran bolavoli kurang mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut hal ini dikarenakan ada berbagai kesulitan meliputi beberapa faktor yaitu faktor siswa, faktor guru, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan. Faktor siswa meliputi faktor jasmani, dan faktor psikologis, sedangkan mengenai faktor guru meliputi faktor metode mengajar guru, faktor materi yang diberikan oleh guru, faktor kedisiplinan dan motivasi dari guru serta faktor penguasaan materi oleh guru. Faktor sarana dan prasarana meliputi faktor kualitas / mutu dan faktor jumlah / kuantitas. Sedangkan faktor lingkungan meliputi faktor sekolah, faktor keluarga dan faktor masyarakat. Semua faktor tersebut merupakan faktor yang saling berhubungan satu sama lain sehingga bila salah satunya tergangggu  akibatnya dapat mengganggu hasil yang diperoleh siswa itu sendiri. Selain itu juga bisa diungkap seberapa besar faktor kesulitan yang ada dalam pembelajaran bolavoli di SD Negeri  Bangkal 0I Kecamatan Binangun .
Dengan demikian dapat dikenalkan cabang olahraga bolavoli sehingga menimbulkan minat, ketersediaan alat dan fasilitas memegang peran penting dalam perkembangan kegiatan ekstrakurikuler tidak akan berjalan dengan lancar.













BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode survey dan teknik pengambilan data menggunakan angket berupa pernyataan secara tertulis yang diberitakan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap.

B. Definisi Operasional Variabel
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, perlu diketahui terlebih dahulu variabel penelitiannya. Yang dimaksud variabel adalah segala yang akan menjadi objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96).
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah kesulitan siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 0I Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap dalam belajar bolavoli yaitu sesuatu yang menyebabkan kesulitan siswa kelas IV dan V dalam belajar permainan bolavoli di SD Negeri  Bangkal 01 Kecamatan Binangun, yang terdiri dari dua faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar bolavoli di sekolah, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dibagi menjadi dua indikator yaitu jasmani siswa dan psikis siswa, sedangkan faktor ekstrinsik dibagi menjadi tiga indikator yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat atau lingkungan. Indikator sekolah meliputi guru, sarana dan prasarana. Indikatr masyarakat meliputi motivasi dari masyarakat dan tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses belajar bolavoli. Dari semua indikator yang dijelaskan di atas akan diukur dengan menggunakan angket yang hasilnya berupa skor. Angket ini digunakan sebagai alat untuk mengungkap faktor-faktor kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri  Bangkal 01  Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap.

C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Menurut Nurul Zuriah ( 2007 : 116 ). Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.  Studi atau penelitiannya juga disebut populasi atau studi sensus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun  Kabupaten Cilacap sebanyak 46 siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian populasi sehingga seluruh responden dijadikan subyek penelitian.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa angket. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup yang berupa sejumlah pertanyaan. Teknik angket merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan atau pernyataan dapat bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan. Teknik angket ini digunakan untuk mengungkap kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V di SD Negeri  Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap.
 Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket maka instrumen yang digunakan adalah angket.
Menurut Husein Umar (1999: 53) di dalam membuat angket, perlu diketahui bahwa angket disamping bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu kertas kerja yang harus ditatalaksanakan secara baik. Oleh karenanya ada beberapa karakteristik dalam membuat angket agar dapat dikatakan bahwa angket yang dibuat telah efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1991: 7-9) ada tiga langkah yang harus ditempuh dalam menyusun instrumen, ketiga langkah itu antara lain, (a) Mendefinisikan Konstrak, (b) Menyidik Faktor, (c) Menyusun butir-butir pertanyaan.
a)   Mendefinisikan Konstrak
       Mendefinisikan konstrak adalah membuat batasan mengenai variabel yang akan kita ukur. Mendefinisikan konstrak bertujuan untuk memberikan batasan arti dari konstrak yang akan diteliti, dengan demikian nantinya tidak akan terjadi penyimpangan terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, konstrak dalam penelitian ini adalah kesulitan siswa kelas IV dan V  dalam belajar bolavoli di SD Negeri Bangkal 01 Binangun Cilacap. Definisi konstrak dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa  kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01.
b)    Menyidik Faktor
        Menyidik faktor adalah suatu tahap yang bertujuan untuk menandai faktor-faktor yang disangka dan kemudian diyakini menjadi komponen dari kesulitan yang akan diteliti.
      Faktor yang dimaksud adalah faktor-faktor belajar, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Intern (siswa) berindikasikan :
a. Faktor Jasmani
b. Faktor Psikologis
2. Faktor Ekstern berindikasikan :
a. Faktor Sekolah
b. Faktor Keluarga
c. Faktor Masyarakat
c)  Menyusun Butir-butir Pertanyaan
       Untuk menyusun butir-butir pertanyaan maka faktor-faktor tersebut dijabarkan menjadi kisi-kisi angket. Setelah itu dikembangkan dalam butir-butir pertanyaan. Butir pertanyaan yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan belajar bolavoli siswa  kelas IV dan V  SD Negeri Bangkal 01 Binangun, dalam penelitian ini terdapat pernyataan negatif dan pernyataan positif.
    Angket dalam penelitian ini terdiri dari 42  butir pernyataan. Responden menjawab dengan memberi tanda  checklist (  ) pada alternatif jawaban yang sudah disediakan di masing-masing pernyataan. Setiap butir pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), TS (Tidak Setuju).
Tabel 1. Skor Alternatif Jawaban
Bentuk Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S KS TS
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4




Tabel 2. Kisi-kisi angket ujicoba


Variabel Faktor Indikator
No Item
Jumlah Butir Soal
Kesulitan siswa kelas IV dan V dalam  belajar bolavoli di SD Negeri Bangkal 03Binangun,
  Cilacap.
1. Intrinsik












2. Ekstrinsik
a.    Faktor   Fisik



 b.    Faktor     Psikis









a. Faktor Sekolah









b. Faktor Keluarga



c. Faktor Masyarakat
1*, 2*, 3* ,4*, 5*, 6*



7*, 8*, 9*, 10, 11*,12*
13*, 14*, 15*,16*, 17*,18*,19*





20, 21, 22*, 23, 24*, 25*, 26*, 27*, 28*, 29*, 30, 31*, 32, 33*, 34*, 35*, 36*, 37*, 38, 39*



40, 41, 42*, 43*, 44*, 45*



46, 47*, 48*, 49*, 50*


6




13









20








6




5








Jumlah 50 50
* Pernyataan Negatif

2. Uji Coba Instrumen
        Instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar instrumen yang baik. Angket yang telah disusun, terlebih dahulu di expertjudgment oleh bapak R.Sunardianta, M.Kes dan bapak Amat komari, M.Si dan mendapat persetujuan dari dosen pembimbing yaitu bapak Guntur, M.Pd. Instrumen yang disusun uji validitasnya menggunakan rumus product moment dan uji reabilitasnya menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (Sutrisno Hadi, 1991: 47-49). Instrumen yang telah disusun dan berisikan 50 pernyataan diuji cobakan pada 33 siswa yang terdiri dari kelas IV yang berjumlah 16 siswa dan kelas V yang berjumlah 17 siswa SD Negeri Bangkal 03 Binangun, Cilacap. Setelah dilakukan uji coba, kemudian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen untuk mengetahui tingkat kevalitan dan reliabilitasnya. Hasil analisis uji coba instrumen menggunakan bantuan komputer SPSS 17.0 (Seri Program Statistik). Selengkapnya dijelaskan dibawah ini:
a.  Uji Validitas
        Validitas adalah suatu ukuran yang menggunakan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas ini untuk mengetahui apakah instrumen itu mampu mengukur apa yang akan diukur. Dalam menguji validitas ini digunakan statistik bagian total (Saifuddin Aswar, 2005: 100), rumus yang digunakan dalam validitas adalah sebagai berikut :
rxy =
X dan Y : Skor masing-masing skala
n : Banyaknya subyek
       Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS 17.0. Langkah berikutnya yaitu mengkonsultasikan r hitung dengan r tabel taraf signifikansi 5 % dan db = N-2. Suatu item dikatakan valid apabila r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5 %. Untuk variabel identifikasi kesulitan siswa  kelas IV dan V dalam belajar bolavoli diperoleh butir instrumen yang valid dan yang gugur. Rangkuman butir instrumen yang valid dan yang gugur dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
     Tabel 3. Rangkuman butir-butir yang gugur dalam uji validitas.
No Indikator Jumlah Nomor butir gugur Jumlah butir gugur Jumlah butir valid
1. Jasmani 6 3 1 5
2. Psikis 13 - - 13
3. Sekolah 20 20, 25, 30, 34, 37 5 15
4. Keluarga 6 43 1 5
5. Masyarakat 5 46 1 4
Total 50 - 8 42

b.  Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui keterandalan instrumen. Untuk mengetahui reliabilitas ini digunakan statistik teknik Kuder Richardson 20 (Sutrisno Hadi 1991: 47-49) rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
r¬¬¬¬¬tt  =
keterangan :
r¬¬¬¬¬tt            =  Koefisien korelasi tes tabel
M       =  Cacah butir
 = Jumlah tangkar proporsi yang menjawab benar dengan yang menjawab salah.
         Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan memakai bantuan komputer program SPSS 17.0. Dari analisis data tersebut diketahui koefisien reliabilitas masing-masing faktor yang dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Rangkuman koefisien reliabilitas
No Indikator Jumlah
Koefisien
reliabilitas P Status
1. Jasmani 5 0,707 0,000 Andal
2. Psikis 13 0,810 0,000 Andal
3. Sekolah 15 0,764 0,000 Andal
4. Keluarga 5 0,703 0,000 Andal
5. Masyarakat 4 0,597 0,000 Andal

Jadi berdasarkan uji validitas dan uji reliabilitas tersebut di atas maka instrumen angket yang digunakan layak digunakan untuk mengambil data mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan belajar bolavoli siswa  kelas IV dan kelas V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
Tabel 5. Kisi-kisi angket Penelitian


Variabel Faktor Indikator
No Item
Jumlah Butir Soal
Kesulitan siswa kelas IV dan V dalam  belajar bolavoli di SD Negeri Bangkal 03Binangun,
  Cilacap.
3. Intrinsik












4. Ekstrinsik
a.    Faktor   Fisik



 b.    Faktor     Psikis








d. Faktor Sekolah







e. Faktor Keluarga





f. Faktor Masyarakat
1*, 2*, 3* ,4*, 5*





6*, 7*, 8*, 9, 10*,11*
12*, 13*, 14*,15*, 16*,17*,18*





19, 20*, 21, 22*, 23*, 24*, 25*, 26*, 27*, 28, 29*, 30*, 31*, 32, 33*





34, 35, 36*, 37*, 38*





39, 40*, 41*, 42*








5





13









15









5






4









Jumlah 42 42
* Pernyataan Negatif


E. Teknik Pengumpulan Data
        Dalam penelitian ini menggunakan metode survei dan teknik pengumpulan datanya menggunakan angket atau kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002: 128). Angket yang digunakan adalah angket tipe pilihan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang sudah ditentukan. Setiap butir pernyataan dilengkapi dengan pilihan alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Langkah-langkah dalam mengumpulkan data yaitu menyebar angket, mengumpulkan angket, mengelompokkan angket. Proses pengumpulan datanya dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke sekolah. Peneliti menyampaikan angket dan menjelaskan tata cara pengisian angket, kemudian responden langsung disuruh mengisi dan setelah itu dikumpulkan, hasilnya diskor dan dianalisis.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif persentase (Suharsimi Arikunto, 1997: 209). Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1997: 210) langkah-langkah dalam menskor sampai dengan memberikan predikat adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban dari setiap responden pada tiap-tiap butir.
Dalam penelitian ini terdapat dua pernyataan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif tedapat empat jawaban alternatif yaitu: Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Kurang Setuju (KS) diberi skor 2, TS (Tidak Setuju) diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif juga terdapat empat jawaban alternatif yaitu: Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Kurang Setuju (KS) diberi skor 3, TS (Tidak Setuju) diberi skor 4.
2. Menjumlahkan skor untuk setiap responden untuk setiap faktor dan keseluruhan faktor, setelah selesai menskor jawaban setiap butir dalam angket kemudian dijumlahkan berdasarkan faktor dan jumlah keseluruhan skor faktor yang menggambarkan faktor-faktor kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri  Bangkal 01 Kecamatan Binangun Cilacap.
3. Menentukan kategori
Pengkategorian dilakukan berdasarkan acuan kurva normal, dengan membagi menjadi empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju. Pengkategorian dilakukan menggunakan dasar pengkategorian mean dan standar deviasi ideal atau teoritik dengan merujuk pada modifikasi pendapat Saiffudin Aswar (2005: 108) sebagai berikut:
M – 1,5 SD ³ X Sangat Mempersulit
M – 1,5 SD < X £ M Mempersulit
M < X £ M + 1,5 SD Tidak Mempersulit
X > M + 1,5 SD Sangat Tidak Mempersulit
4. Menyusun interval pengelompokan persentase skor jawaban.
Dalam menyusun interval atau pengelompokan skor jawaban responden didasarkan atas persentase skor jawaban responden. Untuk mencari frekuensi relatif (persentase) dengan rumus sebagai berikut:
P =  x 100 %
Keterangan:
P  :  Persentase yang dicari
F  :  Frekwensi
N  :  Jumlah responden












BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi, Subjek dan Data Penelitian
1. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bangkal 01 Binangun,  Cilacap yang terletak di jalan Samsudin no. 23 Bangkal.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bangkal 01 Binangun,  Cilacap. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IV dan V di SD Negeri Bangkal 01 Binangun,  Cilacap yang berjumlah 46 siswa yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IV dan V.
3. Deskripsi Data Penelitian
Sebelum dilakukan pengkategorian data dilakukan deskripsi data tiap faktor dan indikatornya. Hasil analisis deskriptif data penelitian disajikan berikut ini.
      a. Faktor Intern

Data faktor intern terdiri dari 18 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor intern diperoleh nilai maksimum 69,  minimum 45, mean 58, 7, median 60, modus 58 dan nilai standar deviasi sebesar 6, 3. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor intern.







Kelas F Prosentase
45 - 48 2 4,35%
49 - 52
9 19,57%
53 - 56 4 8,70%
57 -60 11 23,91%
61- 64 11 23,91%
65 - 68 7 15,22%
69 - 72 2 4,35%
Jumlah 46 100,00%







Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor intern adalah sebagai berikut.















Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor intern adalah pada interval 57–60 dan 61-64 yaitu sebanyak 11 orang (23, 91%). Faktor intern dalam penelitian ini meliputi jasmani dan psikologis. Hasil analisis deskriptif data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Faktor Jasmani
Data faktor intern Jasmani terdiri dari 5 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor jasmani diperoleh nilai maksimum 20,  minimum 9, mean 15, 3, median 16, modus 16 dan nilai standar deviasi sebesar 2, 6. Berikut ini adalah tabel 7 distribusi frekuensi skor faktor jasmani.






Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor intern jasmani adalah sebagai berikut.








Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor intern jasmani adalah pada interval 15 – 16 yaitu sebanyak 16 orang (34, 78%).

2) Faktor Psikologis
Data faktor intern Psikologis terdiri dari 13 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor jasmani diperoleh nilai maksimum 49,  minimum 32, mean 43, 33, median 44, modus 43 dan nilai standar deviasi sebesar 4,2. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor Psikologis.






Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor intern psikologis adalah sebagai berikut.









Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor  intern psikologis adalah pada interval 47 – 49 yaitu sebanyak 14 orang (30, 43%).
b. Faktor Ekstern
Data faktor ekstern terdiri dari 24 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor ekstern diperoleh nilai maksimum  86, minimum 47, mean 74, 2, median 74,  modus 74 dan nilai standar deviasi sebesar 6,6. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor ekstern.
Kelas F Prosentase
47 - 53 1 2,17%
54 - 60 1 2,17%
61 - 67 2 4,35%
68 - 74 22 47,83%
75 - 81 15 32,61%
82 - 88 5 10,87%
Jumlah 46 100,00%











Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor Ekstern adalah sebagai berikut.














Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor ekstern adalah pada interval 68-74  yaitu sebanyak 22 orang (47,83%). Faktor ekstern dalam penelitian ini meliputi sekolah, keluarga, dan masyarakat. Hasil analisis deskriptif data tersebut adalah sebagai berikut:
1)   Faktor Ekstern Sekolah

Data faktor sekolah terdiri dari 15 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor sekolah diperoleh nilai maksimum 57,  minimum 27, mean 47, median 47, modus 47 dan nilai standar deviasi sebesar 4, 4. Berikut ini adalah tabel 10 distribusi frekuensi skor faktor sekolah.
Kelas F Prosentase
27 - 32 1 2,17%
33 - 38 0 0,00%
39 - 44 7 15,22%
45 - 50 31 67,39%
51 - 56 6 13,04%
57 - 62 1 2,17%
Jumlah 46 100,00%

























































Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor Ekstern sekolah adalah sebagai berikut.










Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor sekolah adalah pada interval 45 – 50 yaitu sebanyak 31 orang (67, 39%).
2)  Faktor Ekstern Keluarga

Data faktor keluarga terdiri dari 5 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor keluarga diperoleh nilai maksimum 20,  minimum 9, mean  15, 2, median 15, modus 15 dan nilai standar deviasi sebesar 1, 7. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor keluarga.
Kelas F Prosentase
9 - 10 1 2,17%
11- 12 0 0,00%
13 -14 4 8,70%
15 -16 26 56,52%
17 - 18 7 15,22%
19 - 20 8 17,39%
Jumlah 46 100,00%










Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor Ekstern sekolah adalah sebagai berikut











Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor sekolah adalah pada interval 15–16  yaitu sebanyak 26 orang (56, 52%).
3) Faktor Ekstern Masyarakat
Data faktor masyarakat terdiri dari 4 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor masyarakat diperoleh nilai maksimum 16,  minimum 5,  mean 12,  median 12, modus 12 dan nilai standar deviasi sebesar 2, 3.  Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi skor faktor masyarakat.


Kelas F Prosentase
5 - 6 3 6,52%
7 - 8 0 0,00%
9 - 10 3 6,52%
11 - 12 22 47,83%
13 - 14 11 23,91%
15 - 16 7 15,22%
Jumlah 46 100,00%

Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor Ekstern masyarakat adalah sebagai berikut.







Histogram di atas menunjukkan sebagian besar nilai faktor masyarakat adalah pada interval 11-12 yaitu sebanyak 22 orang (47, 83%).
c. Faktor Keseluruhan
             Data faktor keseluruhan terdiri dari 42 pernyataan. Hasil analisis deskriptif data faktor keseluruhan diperoleh nilai maksimum 155,  minimum 104,  mean 132.956,  median 134, 500 modus 123, 00 dan nilai standar deviasi sebesar 11, 103.  Berikut ini adalah tabel 13 distribusi frekuensi skor faktor keseluruhan.
Kelas F Prosentase
104 - 111 2 4,35%
112 - 119 4 8,70%
120 -127 7 15,22%
128 - 135 12 26,09%
136 - 143 13 28,26%
144 - 151 7 15,22%
152 - 159 1 2,17%
Jumlah 46 100,00%






Histogram dari distribusi frekuensi skor faktor Ekstern keselruhan adalah sebagai berikut.







Histogram di atas menunjukkan besar nilai faktor keseluruhan adalah pada interval 136-143 yaitu sebanyak 13 orang (28, 26%).
B. Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.  Analisis data dalam penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif persentase. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi dalam kesulitan pembelajaran bolavoli yang dijadikan pembahasan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Data selanjutnya dibuat bentuk kategori atau kelompok menurut tingkatan yang ada, terdiri dari empat kategori, yaitu: sangat mempersulit, mempersulit, tidak mempersulit, dan sangat tidak  mempersulit.
1. Faktor Intern
Pengkategorian data faktor intern dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor intern disajikan pada tabel 14 berikut:
           Tabel 14. Data Hasil Angket Faktor Intern
Interval F Prosentase Kategori
49,25 ≥ x 5 10,87% Sangat mempersulit
49,25 < x ≤ 58,7 11 23,91% Mempersulit
58,7 < x ≤ 68,15 28 60,87% Tidak mempersulit
x > 68,15 2 4,35% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%






Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Faktor intern dalam kategori sangat mempersulit sebanyak 5 responden (10, 87%). Faktor intern dalam kategori mempersulit sebanyak sebanyak 11 responden (23, 91%),  faktor intern dalam ketegori tidak mempersulit 28 responden (60, 87%). Dan dalam kategori sangat tidak mempersulit 2 responden (4, 35%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor intern termasuk dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yang disebabkan oleh faktor intern dapat dilihat pada histogram berikut:









Distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa faktor intern termasuk dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap
Faktor intern kesulitan belajar bolavoli siswa siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap diidentifikasi menjadi faktor jasmani dan faktor psikis. Hasil pengkategorian faktor jasmani dan faktor psikis adalah sebagai berikut:
a. Faktor jasmani
Pengkategorian data faktor jasmani dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor jasmani disajikan pada tabel 15 berikut:
             Tabel 15. Data Hasil Angket Faktor Jasmani
Interval F Prosentase Kategori
11,4 ≥ x 3 6,52% Sangat mempersulit
11,4 < x ≤ 15,3 18 39,13% Mempersulit
15,3 < x ≤ 19,2 23 50,00% Tidak mempersulit
x > 19,2 2 4,35% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%





Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani dalam kategori sangat mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap sebanyak 3 responden (6, 52%). Faktor jasmani dalam kategori mempersulit sebanyak 18 responden (39, 13%). Faktor jasmani dalam kategori tidak mempersulit sebanyak sebanyak  23 responden (50, 00%), dan faktor jasmani dalam kategori sangat tidak mempersulit sebanyak 2 responden (4, 35%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor jasmani termasuk dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap  yang disebabkan oleh faktor jasmani dapat dilihat pada histogram berikut:








Distribusi frekuensi di atas menunjukkan faktor jasmani dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
b. Faktor Psikis
Pengkategorian data faktor psikis dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor psikis disajikan pada tabel 16 berikut:
             Tabel 16. Data Hasil Angket Faktor Psikis
Interval F Prosentase Kategori
37 ≥ x 5 10,87% Sangat mempersulit
37 < x ≤ 43,3 17 36,96% Mempersulit
43,3 < x ≤ 49,6 24 52,17% Tidak mempersulit
x > 49,6 0 0,00% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%




  Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada faktor psikis dalam kategori sangat tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
 Faktor psikis dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 24 responden (52, 17%). Faktor psikis dalam kategori mempersulit sebanyak sebanyak 17 responden (36, 96%), dan faktor psikis dalam kategori sangat mempersulit sebanyak 5 responden (10, 87%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor psikis termasuk dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yang disebabkan oleh faktor psikis dapat dilihat pada histogram berikut:










Distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa faktor psikis termasuk dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa  kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
2. Faktor Ekstern
Pengkategorian data faktor ekstern dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor ekstern disajikan pada tabel 17 berikut:
Tabel 17. Data Hasil Angket Faktor Ekstern
Interval F Prosentase Kategori
66,25 ≥ x 3 6,52% Sangat mempersulit
66,25 < x ≤ 77,50 23 50,00% Mempersulit
77,50 < x ≤ 88,75 18 39,13% Tidak mempersulit
x > 88,75 2 4,35% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%






Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor ekstern dalam kategori sangat tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap sebanyak 2 responden (4, 35%). Faktor ekstern dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 18 responden (39, 13%). Faktor ekstern dalam kategori mempersulit sebanyak 23 responden (50, 00%), dan dalam kategori sangat mempersulit sebanyak 3 responden (6, 52%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor ekstern termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yang disebabkan oleh faktor ekstern dapat dilihat pada histogram berikut:







                             Gambar 12. Histogram Frekuensi Faktor Ekstern

Distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa sebagian besar faktor ekstern termasuk dalam kategori mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap. Faktor ekstern kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap diidentifikasi menjadi faktor sekolah , faktor keluarga dan faktor masyarakat. Hasil pengkategorian faktor sekolah, faktor keluarga dan faktor masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Faktor Sekolah
        Pengkategorian data faktor sekolah dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor sekolah disajikan pada tabel 18 berikut:


         Tabel 18. Data Hasil Angket Faktor Sekolah
Interval F Prosentase Kategori
40,34 ≥ x 1 2,17% Sangat mempersulit
40,34 < x ≤ 47 32 69,57% Mempersulit
47 < x ≤ 53,66 8 17,39% Tidak mempersulit
x > 53,66 5 10,87% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%




 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor sekolah dalam kategori sangat tidak mempersulit belajar bolavoli siswa  kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap sebanyak 5 responden (10, 87%). Faktor sekolah dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 8 responden (17, 39%). Faktor sekolah dalam kategori mempersulit sebanyak 32 responden (69, 57%), dan dalam kategori sangat mempersulit sebanyak 1 responden (2, 17%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor sekolah termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun, Cilacap. Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa  kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun, Cilacap yang disebabkan oleh faktor sekolah dapat dilihat pada histogram berikut:






Distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa sebagian besar faktor sekolah termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap.
b. Faktor Keluarga
Pengkategorian data faktor keluarga dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor keluarga disajikan pada tabel 19 berikut:
            Tabel 19. Data Hasil Angket Faktor Keluarga
Interval F Prosentase Kategori
12,73 ≥ x 1 2,17% Sangat mempersulit
12,73 < x ≤ 15,25 28 60,87% Mempersulit
15,25 < x ≤ 17,83 12 26,09% Tidak mempersulit
x > 17,83 5 10,87% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%






Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa  faktor keluarga dalam kategori sangat tidak mempersulit sebanyak 5 responden (10, 87%). belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun, Cilacap. Faktor keluarga dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 12 responden (26 , 09%). Faktor keluarga dalam kategori mempersulit sebanyak 28 responden (60, 87%), dan faktor keluarga dalam kategori sangat mempersulit sebanyak 1 responden (2, 17%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor keluarga termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun, Cilacap.
Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun, Cilacap yang disebabkan oleh faktor keluarga dapat dilihat pada histogram berikut:







Gambar 14. Histogram Frekuensi Faktor Keluarga


Distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa sebagian besar faktor keluarga termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun, Cilacap.
c. Faktor Masyarakat
Pengkategorian data faktor masyarakat dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor masyarakat disajikan pada tabel 20 berikut:

Interval F Prosentase Kategori
8,44 ≥ x 0 0,00% Sangat mempersulit
8,44 < x ≤ 12 28 60,87% Mempersulit
12 < x ≤ 15,55 18 39,13% Tidak mempersulit
x > 15,55 0 0,00% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%





Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada faktor masyarakat dalam kategori sangat tidak mempersulit dan sangat mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01Binangun,Cilacap. Faktor masyarakat dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 18 responden (39, 13%). Faktor masyarakat dalam kategori mempersulit sebanyak 28 responden (60, 87%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor masyarakat termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap.
Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap yang disebabkan oleh faktor masyarakat dapat dilihat pada histogram berikut:






Distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa sebagian besar faktor masyarakat termasuk dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap.
3. Faktor Keseluruhan
      Pengkategorian data faktor keseluruhan dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Kategorisasi untuk faktor keseleruhan disajikan pada tabel 21 berikut:

Interval F Prosentase Kategori
116,302 ≥ x 4 8,70% Sangat mempersulit
116,302 < x ≤ 132,956 14 30,43% Mempersulit
132,956 < x ≤ 149,61 26 56,52% Tidak mempersulit
x > 149,61 2 4,35% Sangat Tidak mempersulit
Jumlah 46 100,00%

            Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor keseluruhan dalam kategori sangat tidak mempersulit sebanyak 2 responden (4, 35%), faktor keseluruhan dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 26 responden (56, 52%), faktor keseluruhan dalam kategori mempersulit sebanyak 14 responden (30, 43%), dan faktor keseluruhan dalam faktor sangat mempersulit sebanyak 4 responden (8, 70%).
            Distribusi frekuensi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap dapat dilihat pada histogram berikut:









C.  Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap. Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif kuantitatif persentase. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi dalam kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yang akan dijadikan pembahasan  yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu. Hasil analisis faktor intern dapat diketahui bahwa faktor intern dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 60, 87%. Faktor intern yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari faktor jasmani dan faktor psikis.
Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh, dan kelelahan jasmani. Berdasarkan kuesioner yang di isi oleh siswa dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai tinggi badan yang cukup untuk menjadi pemain bolavoli. Responden juga tidak memiliki kekuatan dan kelincahan dalam bermain bolavoli. Hasil analisis faktor jasmani dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 50, 00%. Hal ini menandakan bahwa faktor jasmani tidak mempersulit siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal Binangun, Cilacap untuk belajar bolavoli.
Faktor psikis dapat dipengaruhi oleh intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemantapan maupun kesiapan. Hasil analisis faktor psikis dalam kategori tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 52, 17%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor psikis siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap tidak mempersulit siswa dalam melakukan pembelajaran bolavoli. Faktor psikis tersebut dapat dilihat dengan  adanya minat dan dorongan siswa untuk serius belajar bolavoli.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan faktor intern tidak mempersulit siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap dalam melakukan pembelajaran bolavoli. Hal ini dikarenakan pada dasarnya siswa  mempunyai kesiapan dari dalam dirinya sendiri untuk belajar bolavoli. Kesiapan belajar sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu. Hasil analisis terhadap faktor ekstern dalam kategori  mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun,     Cilacap yaitu sebanyak 50, 00% siswa. Hasil ini memberi pengertian bahwa faktor ekstern menjadi faktor yang penting diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran bolavoli siswa. Faktor ekstern yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari faktor sekolah, keluarga, dan masyarakat.
  Hasil analisis faktor sekolah dalam kategori mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 69, 57% siswa. Faktor sekolah yang mempengaruhi pembelajaran bolavoli mencakup metode mengajar, relasi guru dengan siswa, sarana dan prasarana. Faktor sekolah dikategorikan mempersulit pembelajaran bolavoli siswa dikarenakan sekolah kurang mendukung para siswa dengan olahraga bolavoli, sarana dan prasarana olahraga bolavoli yang terdapat di sekolah kurang mendukung untuk pembelajaran siswa. Metode mengajar yang dilakukan oleh guru sudah baik, namun keadaan lapangan bolavolinya kurang memadai, jadi dalam pembelajaran bolavoli guru kurang maksimal.
Dilihat dari faktor keluarga dalam kategori mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 60, 87% siswa. Keluarga khususnya orang tua siswa selalu mengutamakan prestasi akademik anaknya. Orang tua lebih peduli pada peningkatan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan mendukung anaknya untuk mengikuti kegiatan di luar pelajaran sekolah seperti untuk mengembangkan bakatnya dibidang olahraga. Hal inilah yangt mempersulit siswa dalam belajar bolavoli karena sebagian besar orang tua kurang mendukung dalam pembelajaran bolavoli.
Dilihat dari faktor masyarakat, sebagian besar dalam kategori mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 60, 87%, dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 39, 13%, dan tidak ada faktor mayarakat dalam kategori sangat tidak mempersulit dan kategori sangat mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap. Masyarakat atau lingkungan yang  senang dengan bolavoli akan berpengaruh pada siswa. Siswa yang terbiasa berada di lingkungan dengan masyarakat yang cinta bolavoli maka akan terpengaruh untuk ikut bermain, dan sebaliknya apabila siswa tinggal di lingkungan masyarakat yang kurang menggemari bolavoli maka siswa cenderung tidak aktif dalam permainan olahraga ini. Sehingga secara tidak langsung masyarakat juga mempengaruhi siswa dalam belajar bolavoli.
3. Faktor Keseluruhan
        Dilihat dari faktor keseluruhan, sebagian besar dalam kategori sangat mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yaitu sebanyak 8, 70%, dalam kategori mempersulit sebanyak 30, 43%, dalam kategori tidak mempersulit sebanyak 56, 52%, dan dalam kategori sangat tidak mempersulit sebanyak 4, 35%.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan faktor ekstern mempersulit belajar siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap. Hal ini perlu disikapi baik oleh siswa sebagai individu yang melakukan olahraga, guru sebagai pengajar dan sekolah penyediakan alat dan fasilitas dan membentuk lingkungan yang kondusif dalam proses belajar dan mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.














BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
       Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan tentang kesulitan belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor intern
a. Faktor intern jasmani dalam kategori sangat mempersulit sebesar 6, 52%, kategori mempersulit sebesar 39, 13%, kategori tidak mempersulit 50, 00%, dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 4, 35%.
b. Faktor intern psikis dalam kategori sangat mempersulit sebesar 10, 87%, kategori mempersulit sebesar 36, 96%, kategori tidak mempersulit sebesar 52, 17%, dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 0, 00%. Faktor intern  dalam kategori sangat mempersulit sebesar 10, 87%, kategori mempersulit sebesar 23, 91%, kategori tidak mempersulit sebesar 60, 87% dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 4, 35%.
2. Faktor ekstern
a. Faktor ekstern sekolah dalam kategori sangat mempersulit sebesar 2, 17%, kategori mempersulit sebesar 69, 57%, kategori tidak mempersulit sebesar 17, 39%, dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 10, 87%.
b. Faktor ekstern keluarga dalam kategori sangat mempersulit sebesar 2, 17%, kategori mempersulit sebesar  60, 87%, kategori tidak mempersulit sebesar 26, 09%, dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 10, 87%.
c. Faktor ekstern masyarakat dalam kategori sangat mempersulit sebesar 0, 00%, kategori mempersulit sebesar 60, 87%, kategori tidak mempersulit sebesar 39, 13%, dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 0, 00%. Faktor ekstern dalam kategori sangat mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap sebesar 6, 52%, kategori mempersulit sebesar 50, 00%, kategori tidak mempersulit sebesar 39, 13% dan kategori sangat tidak mempersulit sebesar 4, 35%.
3. Faktor keseluruhan
         Faktor keseluruhan dalam kategori sangat mempersulit sebesar 8, 70%, kategori mempersulit sebesar 30, 43%, kategori tidak mempersulit sebesar 56, 52%, dan dalam kategori sangat tidak mempersulit sebesar 4, 35%.
         Dengan demikian bahwa faktor intern tidak mempersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SDN Bangkal 01 Binangun, Cilacap. Sedangkan faktor ekstern mepersulit belajar bolavoli siswa kelas IV dan V SDN Bangkal 01 Binangun, Cilacap.

B. Implikasi Hasil Penelitian
       Berdasarkan hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa faktor intern bukan menjadi penyebab kesulitan dalam pembelajaran bolavoli siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap. Sedangkan faktor ekstern  menjadi penyebab kesulitan belajar bolavoli. Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan siswa kelas IV dan V SD Negeri Bangkal 01 Binangun, Cilacap lebih giat berlatih lagi dan tidak hanya mengandalkan dorongan dari dalam saja (faktor intern). Siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi dari luar untuk belajar bolavoli. Kemauan dari dalam merupakan faktor penting dalam keberhasilan siswa dalam mengembangkan bakatnya. Dari luar juga merupakan faktor penting untuk mendukung dalam keberhasilan siswa. Diharapkan ada kerjasama yang baik antara siswa, guru, dan pihak sekolah untuk kelancaran pembelajaran khususnya dalam olahraga bolavoli. Guru dapat memberikan motivasi kepada siswa dan pihak sekolah dalam hal penyediaan alat dan fasilitas.

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu hanya menggunakan penelitian deskriptif, penelitian akan lebih mendalam apabila penelitian dilakukan dengan analisis korelasi untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar bolavoli.

D. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk belajar bolavoli.
2. Bagi guru mata pelajaran olahraga, dengan mengetahui penyebab kesulitan dalam pembelajaran bolavoli sehingga diharapkan guru mata pelajaran olahraga dapat menyempurnakan metode penyampaian materi.
3. Bagi sekolah agar lebih memperhatikan pengadaan, perawatan alat dan fasilitas pendidikan jasmani yang lebih baik demi keberhasilan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mengembangkan dan meyempurnakan instrumen penelitian ini.
















DAFTAR PUSTAKA

Agus S. Suryobroto. (2004). Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

________________. (2001). Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Aip Syarifudin dan Muhadi. (1992). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Dieter Beutestahl. (1986). Belajar Bermain Bolavolley. Bandung: Pionir Jaya.

Depdiknas. (2003). Pendidikan Prasekolah, Dasar, dan Menengah Ketentuan Umum. Jakarta: Depdiknas.

Gerhard Durwachter. (1982). Bolavolley Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Jakarta: PT Gramido, Anggota IKAPI.

M. Yunus. (1992). Olahraga Pilihan Bola Voli. Jakarta: Depdikbud.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurul Zuriah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Saifuddin Azwar. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Slameto. (1995). Belajar dan fakor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
            Rineka Cipta.
Sri Rumini dkk. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Negeri    Yogyakarta.

Sukintaka. (2001). Teori Pendidikan Jasmani. Solo : ESA Grafika.

Suharno. (1982) Dasar-dasar Permainan Bolavolley. Yogyakarta: FPOK,UNY.

Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

________________. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

 ________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. (2004) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutrisno Hadi. (1991). Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica. Yogyakarta: Andi Offset.

Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Viera Barbara. L. (2004). Bolavoli Tingkat Pemula. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar